Jember, NU Online
Keputusan pemerintah untuk melakukan impor jagung mendapat sorotan dari Ketua Umum Inkopsim (Induk Koperasi Syirkah Muawanah), HM Al Khaqqoh Istifa. Menurutnya, impor tersebut berpotensi merugikan petani jagung. Sebab, hingga akhir tahun ini produksi jagung nasional diperkirakan mengalami surplus. Dalam posisi surplus, lalu masih ditambah dengan jagung impor, maka kekhawatiran akan turunnya harga jagung di tingkat petani sangat masuk akal.
“Selama ini harga jagung pipil kering di tingkat petani masih lumayan bagus, petani untung. Hati-hati, jangan sampai kebijakan impor itu malah merugikan petani,” tukasnya kepada NU Online melalui sambungan telepon seluler menanggapi rencana pemerintah melakukan impor jagung, Rabu (7/11).
Gus Khaqqoh, sapaan akrabnya, menegaskan bahwa dewasa ini jagung adalah salah satu tanaman favorit petani karena harganya menggiurkan, selain perawatannya yang cukup mudah. Sehingga petani merasa nyaman bertani jagung.
“Di Jawa Timur dan sejumlah dareah lain, banyak petani binaan Inkopsim memilih tanam jagung daripada tembakau, misalnya” jelasnya.
Sekedar diketahui, pemerintah melalui Kementerian Pertanian awal bulan ini merekomendasikan impor jagung maksimal 100 ribu ton untuk menjaga kebutuhan para peternak mandiri. Di sisi lain, tahun ini produksi jagung nasional diperkirakan mengalami surplus, yakni 12,98 juta ton pipilan kering. Bahkan sebanyak 372.990 ton diekspor ke Malaysia dan Filipina (Red: Aryudi AR).