Pati, NU Online
Bertempat di Mushala Al Fatihah Desa Purworejo RT 03 RW 01 Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Perguruan Pencak Silat NU Pagar Nusa Tapak Sembilan Sunan Kalijaga mengadakan halal bi halal, Ahad (9/6).
Halal bi halal juga bertujuan untuk mempertemukan secara langsung anggota-anggota untuk penguatan kembali relasi sosial kekeluargaan antaranggota. Kegiatan tersebut di isi dengan pengiriman doa untuk para leluhur dan pendahulu, menceritakan sejarah perjuangan para pendahulu, dan ditutup dengan bersalam-salaman saling memaafkan antaranggota.
Pada kesempatan itu pendiri padepokan Taufiq Sumani berpesan bahwa tidak ada ajaran pencak silat apa pun yang mengajarkan kejelekan, berbuat jahat, atau hal-hal yang menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku.
"Seorang pesilat harus bermanfaat bagi orang lain, harus mau menolong, harus mengamalkan ilmu yang telah dimilikinya," ujarnya.
Ia mengatakan Rasulullah Saw bersabda: خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ (Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya).
Dengan memberikan manfaat kepada orang lain, maka manfaatnya akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri.
"Allah Swt berfirman إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ. Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri," tutunya.
Halal bi halal juga menjadi bagian dari perayaan Idul Fitri sebagai momentum yang ditunggu-tunggu oleh banyak kaum Muslim. Di Indonesia banyak masyarakat yang sekolah atau bekerja ke luar kota, luar wilayah, bahkan luar negeri. Berbondong-bondong mereka melakukan tradisi mudik atau pulang kampung untuk menjalin kembali relasi sosial kekeluargaan yang lama tidak dilakukan selama bekerja atau mencari ilmu dengan keluarga, teman, atau tengga.
Melihat kondisi saat ini di mana banyak orang apalagi anak-anak muda dimudahkan teknologi. Namun, hal itu berimbas pada setiap kali bertemu jarang sekali berbicara atau mengobrol secara langsung dengan yang ada di sekitarnya, malahan memainkan smartphone masing-masing, entah main game, chating, atau yang lainnya. Situasi ini jelas mengurangi rasa kekeluargaan yang dulunya sangat mengakar kuat pada masyarakat. Silaturahim secara langsung dipercaya mengurangi dampak tersebut. (Zaenal Abidin/Kendi Setiawan)