Jombang, NU Online
Sebagai langkah dalam menyiapkan santri menghadapi perang opini di media sosial, Asrama Al-Ghozali Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur adakan pelatihan jurnalistik dan menulis bagi santri. Kegiatan yang diikuti oleh seluruh santri putera dan pengurus asrama dilaksanakan Kamis (29/11) kemarin.
"Pelatihan menulis ini untuk menyiapkan santri sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Mereka nanti setelah lulus akan menghiasi media sosial dengan tulisan yang lembut dan mencerahkan," jelas ketua pelaksana Choirurojikin.
Dikatakannya, bentuk pelatihan menulis ini meliputi cara menulis berita singkatan tentang kegiatan pribadi. Dengan begitu, setiap santri nanti diharapkan menjadi jurnalis bagi kegiatan pribadinya. Tulisan tersebut dipublikasikan lewat media sosial seperti facebook, WhatsApp, dan instagram.
"Jadi kedepan, media sosial tidak hanya diisi curhat, marah-marah dan penyesatan ajaran agama," jelasnya.
Selain itu, juga ada cara menulis opini, cerita pendek, dan cara membedakan antara kabar hoaks dan fakta. Serta tips membuat dan mengelola website atau blogger.
"Pemateri menyampaikan trik membuat berita yaitu 5 W+1 H, jadi nanti setiap santri diharapkan menulis kegiatan positifnya lewat media sosial dengan syarat mencukupi siapa pelakunya, kapan kegiatannya, di mana, dan bagaimana kegiatannya," ujar Choirurrojikin.
Ditambahkan, langkah-langkah ini sebagai upaya untuk menghindari santri terbawa arus perubahan dan menjadi korban perubahan itu sendiri. Karena di masa depan, manusia lebih banyak berkutat di media sosial. Bila tak pandai memilih dan memilah informasi maka akan terbawa arus provokasi.
"Dengan demikian, mudah menyalahkan kelompok yang berbeda. Suka menghina, membully, menghakimi, dan memaksakan kehendak. Kelompok seperti ini semakin banyak saat menjelang pesta demokrasi atau pemilihan umum, terutama menjelang tahun 2019 ini," paparnya.
Dengan pelatihan ini, dia menginginkan media sosial dan internet tidak dikuasai oleh kaum intoleran saja. Sehingga nanti masyarakat umum tidak terpengaruh.
"Kita beri alternatif dakwah, biar ada pilihan, selama ini minhum yang mengusai media sosial," ungkap santri asal Mojokerto ini.
Kegiatan penulisan ini akan dilakukan setiap seminggu sekali dalam beberapa bulan ke depan. Dengan mendatangkan pemateri dari luar pesantren. Sebagai wadah utama untuk latihan santri, asrama Al-Ghozali membuat website khusus. Dan santri yang ingin belajar menulis bisa menerbitkan karyanya.
"Kita kasih wadah latihan menulis ini berupa website, mading dan majalah tahunan. Jadi tidak hanya teori saja tapi juga praktek. Untuk media sosial, itu kembali ke individu santri, mudah-mudahan niat baik ini sukses terus," pungkasnya. (Syarif Abdurrahman/Muiz)