Jember, NU Online
Gus Nadhir (KH Nadhir Muhammad) dan Gus Yus (KH Yusuf Muhammad) adalah kakak beradik, sama-sama keponakan KH Ahmad Siddiq. Keduanya juga sama-sama yatim. Gus Nadhir ditinggal ayahnya saat usia 3 tahun, sementara Gus Yus baru berusia 3 bulan. Namun akhirnya sama-sama jadi ulama, dan karirnya di politik sama-sama moncer.
Cuma pilihan politiknya berbeda. Gus Nadhir berlabuh di PPP, hingga beberapa periode menjadi anggota DPR RI. Sedangkan Gus Yus bergabung dengan PKB, dan pernah menjadi Ketua Fraksi MPR RI. Gus Yus termasuk politisi yang dekat dengan Gus Dur. Namun usia Gus Yus berlalu begitu cepat. Ia wafat saat pesawat Lion Air yang ditumpanginya tergelincir ketika mendarat hingga menabrak pagar pembatas Bandar Udara Adisumarmo, Solo, Jawa Tengah (2004). Saat itu, Gus Yus ingin menghadiri Muktamar NU ke-31 di Asrama Haji Donohudan, Solo, yang di situ juga ada Gus Dur.
“Menjelang Haul KH Yusuf Muhammad pada Hari Ahad 23 Juni 2019 di PP Darus Sholah, saya ingin membagi cerita kenangan tentang almarhum Pamanda KH Yusuf Muhammad (Pendiri PP Darus Sholah, Ketua Fraksi PKB MPR RI) yang saya dapat dari almarhum ayahanda KH Nadhir Muhammad, kakak dari KH Yusuf Muhammad. Semoga cerita ini memberi hiburan bagi kita khususnya keluarga dan alumni PP Darus Sholah,” tulis keponakan Gud Yus, Ahmad Gholban Aunirrahman di status akun facebook-nya, Kamis (20/6).
Menurut Gus Gholban, sapaan akrabnya, ayahnya sering kali bercerita bagaimana rasanya menjadi yatim sejak usia dini. Hidup prihatin sudah dirasakan mulai kecil. Katanya, karena keterbatasan ekonomi, ketika menginjak SD, ibu beliau berdua, Nyai Zainab Shiddiq hanya mampu membelikan satu pakaian sekolah untuk beliau berdua. Sehingga diatur siasat, Gus Yus memilih sekolah pagi, sedangkan Gus Nadhir sekolah siang. Sehingga setiap hari, ketika siang datang, Gus Nadhir berangkat dari rumah menggunakan kaos dan sarung, lalu bertemu Gus Yus di jalan untuk tukar berganti baju. Gus Nadhir melepas kaos dan sarung, sementara Gus Yus melepas baju dan celana seragam sekolah untuk dipakai sang kakak. Tempat keduanya bertukar pakaian adalah di lapangan Talangsari, Kaliwates Jember.
“Cerita ini sangat melekat di ingatan saya karena dengan derai air mata ayahanda menceritakan ini semua. Mengajarkan kepada saya bagaimanapun keadaannya jangan pernah berhenti sekolah,” tulisnya.
Gus Gholban melanjutkan, suatu hari beliau berdua bermain di depan rumah, tiba-tiba datang salah seorang kiai beserta rombongannya. Gus Nadhir dan Gus Yus pun mencari tahu ada apa, karena tidak pernah ada rombongan tamu seperti tersebut. Lalu diberitahu kepada beliau berdua bahwa akan ada kiai yang melamar sang ibunda, Nyai Zainab Shiddiq. Maka dengan wajah gembira dan bersuka cita beliau berdua mengatakan "Alhamdulillah, sebentar lagi kita akan punya ayah". Suatu ucapan dari anak SD yang tidak akan keluar kecuali sudah lama mendamba kasih sayang seorang ayah yang telah lama meninggal dunia.
“Namun, Nyai Zainab menjawab kepada kiai tersebut ‘Maaf kiai, putera puteri saya masih kecil-kecil, saya mohon izin supaya saya merawat putera puteri saya dulu’. Sebuah ucapan yang memberi isyarat untuk tidak menerima lamaran pernikahan,” tukas Gus Gholban.
Persitiwa lain yang diakui Gus Gholban cukup meremas perasaannya adalah ketika datang musim haji. Saat itu Gus Nadhir dan Gus Yus yang masih SD diam-diam mengintip dari jendela rumahnya, melihat tetangga yang berangkat melaksanakan ibadah haji. Keberangkatan yang cukup meriah dengan iringan mobil karena sang tetangga cukup kaya.
Ternyata, dari jauh ibu beliau menyaksikan dua anak kesayangannya itu tengah mengintip keberangkatan tetangganya ke Mekah, dan sang ibupun merasakan betapa kedua anaknya sangat ingin pergi berhaji dan memiliki mobil. Lalu dengan air mata Nyai Zainab Shiddiq berkata "Maaf ya nak, ibu tidak bisa memberi kepada kalian, tapi ibu akan berdoa".
“Alhamdulillah, menginjak kuliah, ayahanda (Gus Nadhir) mendapat beasiswa ke Iraq, pamanda (Gus Yus) memperoleh beasiswa ke Madinah. Sehingga dengan itu beliau berdua bisa menunaikan ibadah haji. Dan Alhamdulillah, hingga beliau berdua berkeluarga, beliau berdua pun bisa menunaikan ibadah haji bersama-sama,” tambah Gus Gholban. (Aryudi AR).