Bojonegoro, NU Online
Meskipun KH Abdurrahman Wahid yang akrab dipanggil Gus Dur sudah wafat beberapa tahun lalu, tetapi pemikirannya tidak bisa dilupakan. Sehingga untuk mengenang sekaligus haul ke-9 Gus Dur, Gusdurian Bojonegoro, Jawa Timur menyemarakkannya dengan beberapa kegiatan.
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Bojonegoro mengajak masyarakat khususnya warga NU meneladani Gus Dur. "Tidak hanya sisi humornya saja, karena Gus Dur sangat komplek untuk menjadi teladan kehidupan, termasuk dalam hal politik demokrasi," kata Cholid Ubed, Kamis (3/1).
Karenanya, di Bojonegoro diselenggarakan berbagai kegiatan dalam rangka mengenang sosok Gus Dur tersebut. "Kegiatan dilaksanakan tanggal 3 hingga 9 Januari 2019. Puncak acara nanti akan ada doa bersama dan pengajian mengenang Gus Dur," kata Koordinator Jaringan Gusdurian Bojonegoro, Heri Puji Santoso.
Acara dimaksud mulai lomba esai, diskusi pemilu demokratis, diskusi pemberdayaan lingkungan masyarakat hutan, diskusi kemanusiaan, lomba mewarnai serta lomba puisi Gus Dur. Termasuk parade djedor, pameran dan bazar.
Kaji Hari panggilan akrabnya menceritakan, Gus Dur adalah sosok yang tidak pernah selesai untuk dibicarakan, digali pemikirannya dan tidak pernah berhenti untuk dikenang sebagai manusia yang memperjuangkan kemanusiaan. “Untuk itu dalam rangka haul ke-9 Gus Dur, pencinta Gus Dur yang tergabung dalam komunitas Gusdurian di Bojonegoro menginisiasi beberapa kegiatan tersebut,” jelasnya.
Tujuan kegiatan untuk mengkampanyekan pemikiran dan perjuangan Gus Dur. “Tentunya dengan varian kegiatan," jelasnya.
Pembukaan rangkaian acara haul Gus Dur di Bojonegoro dengan diskusi publik bertemakan Yang Lebih Penting dari Politik adalah Kemanusiaan', di kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Bojonegoro, Kamis (3/1).
Kegiatan dihadiri berbagai organisasi kemahasiswaan yang ada di Bojonegoro, mulai PMII, IPNU, Ansor, HMI, GMNI dan LSM.
Narasumber yang dihadirkan adalah Ketua KPU Kabupaten Bojonegoro, Abdim Munib, komisioner Bawaslu, Dian Widodo, akademisi Bojonegoro, Ahmad Taufiq dan jaringan Gusdurian Jawa Timur.
"Bahwa politik hari ini sedang memanas, intoleransi, isu-isu sara dan saling menjatuhkan. Maka perlu pendingin yang bisa meredakan emosi, yang semakin panas ini dengan cara merefleksikan pemikiran Gus Dur sebagai teladan politik demokratis," ungkapnya. (M Yazid/Ibnu Nawawi)