Daerah

GP Ansor PAC Karangpucung Bedah Rumah

Senin, 19 November 2012 | 12:15 WIB

Karangpucung, NU Online
Gerakan Pemuda (GP) Ansor, sebagai badan otonom Nahdlatul Ulama (NU) tidak jarang dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat. Bahkan, tidak mengagetkan, jika Ansor yang identik dengan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) masih 'asing' di masyarakat. <>

Ketua Departemen Pendidikan dan Ideologi, GP Ansor PAC Karangpucung, Abdulloh Nur, mengatakan itu disela-sela aksi 'bedah rumah' di Desa Cidadap, RT 1/II, Kecamatan Karangpucung, Ahad (18/11). "Anggapan sempit seperti itu menjadi tantangan bagi kita," tegasnya. 

Pria yang karib disapa Mang Dulloh ini menjelaskan, program 'bedah rumah' menjadi salah satu jawaban kepada masyarakat. Ide awal bedah rumah, katanya datang dari kegiatan Subuh Keliling atau Suling, dari masjid ke masjid di 14 desa di Kecamatan Karangpucung. 

"Hanya butuh sekitar dua minggu, kemudian ide untuk mengadakan bedah rumah ini direalisasikan. Kebetulan, saat kita bicarakan, Pak Camat juga mendukung, termasuk aghniya (dermawan) pengusaha di Karangpucung," kata pria asli Tayem Timur tersebut. 

Rumah milik Samadi (65) marbot Masjid Ar Ridlo, Desa Cidadap menjadi yang pertama. Warga sekitar, juga antusias mendukung baik dalam bentuk kerja bakti, atau menyiapkan makanan. Selain dihadiri langsung Camat Karangpucung Sadmoko Danardono, bedah rumah juga melibatkan siswa SMA Jenderal Ahmad Yani, Karangpucung.

Ketua GP Ansor PAC Karangpucung, Darussalam, mengaku bangga dengan guyub rukun warga Cidadap, dukungan pemerintah kecamatan, dermawan (pengusaha), hingga relawan aktivis Banser Karangpucung. 

"Kita rencanakan sebulan sekali. Setelah ini, kita akan ke Cukangawi di Desa Tayem Timur," katanya. 

Secara umum, kata pria yang akrab disapa Mang Iyyus ini, ada empat progam utama GP Ansor Karangpucung. Yakni, pendidikan, pembinaan mental, pengembangan ekonomi, dan sosial. 

"Saya harap Ansor dan Banser lebih dikenal, mebaur dan bermanfaat bagi masyarakat," tuturnya.

Foto Bersama

Camat Karangpucung, Sadmoko Danardono mengatakan, tahun 2012 ini ada 29 rumah di Desa Gunungtelu yang mendapat alokasi program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). "Padahal kalau secara umum masih banyak di Karangpucung, tetapi sementara baru di Gunungtelu yang dapat," paparnya. 

Maka, program bedah rumah GP Ansor, katanya menjadi alternatif positif bagaimana potensi masyarakat digali, dikelola dan tidak tergantung pada uluran tangan pemerintah. "Kalau semuanya pemerintah dan menunggu, terlalu berat. Potensi masyarakat itu sangat banyak, dan kita harus memfasilitasi seperti yang dilakukan GP Ansor," katanya. 

Potensi yang dimaksud, katanya adalah adanya golongan kaya (pengusaha/mampu) dan semangat gotong royong masyarakat. "Yang kaya kita dorong untuk sedekah, infak, zakat kemudian implementasi di lapangan, kita membantu warga dengan didukung semangat gotong royong," katanya. 

Warga Desa Cidadap tidak hanya antusias, tetapi menyambut baik Camat Karangpucung yang mau 'turun ke bawah'. "Jarang-jarang ada pemimpin yang mau turun," kata seorang warga dalam bahasa Sunda. 

Tak ayal, kehadiran camat dalam bedah rumah menjelma bak artis. Sampai-sampai, warga yang kebanyakan ibu-ibu minta foto bersama dengan orang nomor satu di Karangpucung tersebut. "Pak Camat jangan pulang dulu, nanti kita mau foto," kata mereka. Tidak berselang lama, lelah warga hilang saat camat Karangpucung dengan ramah melayani foto bersama usai bekerja.


Redaktur: Mukafi Niam
Kontributor: Roedjito eL Fateh


Terkait