Jakarta, NU Online
Gerakan Indonesia Shalat Subuh (GISS) merupakan gerakan positif yang memiliki misi membangkitkan shalat Subuh berjamaah hingga melebihi jamaah shalat Jumat. Gerakan yang dipimpin M Alkhattat ini optimis pada tahun 2020 akan terwujud di seluruh Indonesia. Tetapi, kegiatan tersebut akan mencederai ajaran Islam jika dipolitisasi.
Hal ini diungkapkan oleh dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hikam Depok, Sofiudin, dalam diskusi publik yang bertema Politisasi GISS, Mencederai Ajaran Islam di aula Lantai 2 Masjid Fathullah pada Rabu (29/8).
Namun, lanjut Sofi, penceramah terkadang ada yang berlebihan sehingga mengarahkan dukungan ke calon atau partai tertentu.
"Saya melihat ada beberapa masjid, banyak penceramah yang mengarah pada dukungan tertentu, maka ini mencederai Islam dan tidak berakhlak," jelas santri almaghfurlah KH Hasyim Muzadi ini.
Meskipun Nabi dan para sahabat berbicara politik di masjid, tapi mereka tidak menjadikannya ajang kampanye. Sofiudin mengaku, akan meneliti lebih jauh terkait GISS ini, sebagai subyek yang melakukan politisasi, atau menjadi korban politisasi. Dibutuhkan banyak bukti dan fakta-fakta baru lagi.
Sementara itu, dosen FISIP UIN Jakarta Robi Sugara menilai bahwa GISS ini niatnya baik, tapi kampanye politik praktis menjadikannya tidak baik.
"GISS ini, jika berhasil meluas ke seluruh Indonesia, akan menguntungkan elit politik tertentu. Ini persoalan taktik dan strategi politik para oposan. GISS akan berdampak masif dan strategis dalam momen Pilpres 2019," tandasnya. (Syakir NF/Ibnu Nawawi)