Malang, NU Online
Grup musik Genk Kobra menutup kegiatan Pameran Buku Malang #1 “Madep Buku Mantep Moco” yang dilaksanakan di kampus Institut Agama Isalam (IAI) Al-Qolam desa Putat Lor, kecamatan Gondanglegi, kabupaten Malang, Jawa Timur.
<>
Dalam kesempatan Sabtu (27/12) malam, grup musik dikomandoi Adipati membawakan beberapa tembang diantaranya Jaman Wis Akhir, Bocah Cilik, Jawa Timur, Kembang Seruni, Limang Tahun, Pring Tumpuk-tumpuk, Ngayogjokarto dan
masih banyak lagi.
Di sela-sela membawakan lagu Adipati Genk Kobra berinteraksi dengan pengunjung. Misalnya lelaki yang pernah kuliah di IAIN Walisongo Semarang itu mengungkapkan asal usul grupnya.
Dulu sebagaimana diuraikannya grup musiknya bernama Jamaah Kubra. Agar tidak hanya dicintai kalangan santri, grup menjadi genk kobra. “Kami tetap nguri-nguri budaya,” terangnya.
Menjadi orang Jawa, sebutnya, tidak boleh malu tetapi harus tetap bangga khususnya dalam berkarya.
Ahmad Fikri AF, Pembina Komunitas Matapena Yogyakarta pada kesempatan itu
menyampaikan orasi budaya. Dalam orasinya ia menguraikan kekhawatiran eksistensi aksara yang lambat laun semakin punah.
Sehingga menurut lelaki asal Betawi itu penting dilakukannya pemberantasan buta aksara. Sebab aksara, Jawa misalnya tidak hanya sekadar huruf tetapi lebih dari itu menunjukkan pekerti.
Karena itu, pihaknya berkeinginan besar untuk merintis pesantren Ainul qolam yang tujuannya ingin menyelamatkan tradisi. Sebagai langkah awal jika cita-cita terwujud ialah hendak nguri-nguri aksara jawa dan pegon.
“Keinginan ini tujuannya untuk menyelamatkan tradisi yang kian punah. Semoga cita-cita ini segera terwujud,” harapnya.
Kegiatan yang dilaksanakan Jum’at-Sabtu (19-27/12) juga dimeriahkan dengan bedah buku, workshop, seminar, aneka lomba dan Liburan Sastra di Pesantren. Kegiatan hasil kerja sama IAI Al-Qolam, Ikapi Yogyakarta dan komunitas Matapena Yogyakarta. (Syaiful Mustaqim/Abdullah Alawi)