Daerah

Filsafat Iqbal masih Relevan hingga Sekarang

Rabu, 5 Oktober 2016 | 05:03 WIB

Tangerang Selatan, NU Online
Apakah politik dan ilmu sosial mempunyai hubungan dengan filsafat? Apakah sains dan kedokteran memiliki keterkaitan dengan filsafat? Ataukah budaya dan juga seni tersambung dengan filsafat? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul ketika sebagian orang membincangkan filsafat. Filsafat, bagi sebagian kalangan, memang dianggap sebagai sesuatu yang abstrak, sesuatu yang melangit dan jauh dari bumi, atau hanya bergairah saja pada tataran intelektual dan sepi pada wilayah aksi.

Tapi, di tangan Muhammad Iqbal, filsafat menjadi sedikit berbeda. Filsafat tidak lagi hanya sebagai pemuas dahaga intelektualitas belaka, melainkan juga menjadi wilayah aksi, menjadi wilayah amal.

Himpunan Mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Selasa, 4 Oktoebr 2016 mengetengahkan pemikiran filsafat Iqbal tersebut dengan membedah bukunya yang berjudul Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam.

Hadir sebagai pembedah dalam acara itu adalah Dr. Haidar Bagir dan Dr. Ammar Fauzi. Haidar, menyebut bahwa (pemikiran) filsafat yang dikembangkan  Iqbal, meski sudah lebih dari tujuh puluh tahun lamanya, namun masih tetap relevan dikaji sampai sekarang.

Hal ini menurut Haidar karena  pemikiran filsafat Iqbal yang termuat dalam buku Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam. Di halaman awal buku itu, menyebut bahwa Al-Qur'an adalah kitab suci yang menekankan pada amal ketimbang pemikiran.

Haidar kemudian menggarisbawahi pernyataan itu dengan mengatakan, pemikiran itu penting jika ia membawa atau menuntun manusia pada aksi nyata atau amal.

"Dan oleh karenanya, yang kita lihat saat ini, dalam bidang politik, sosial, sains dan bahkan kedokteran mempunyai akar pada filsafat" ungkap Haidar. Filsafat adalah ibu dari ilmu pengetahuan, sebagaimana yang diketahui filsafat berada pada area epistemologi, ontologi dan aksiologi.

Sementara itu, Ammar Fauzi memandang apa yang dilakukan oleh Iqbal seperti apa yang dikakukan Rasulullah dan empat sahabat sepeninggalnya, dalam hal rekonstruksi. Iqbal, mencoba membangun kembali pemikiran (Islam) yang sempat mandek. Tidak bergerak. Rekontruksi yang ditawarkan Iqbal adalah rekonstruksi atas pemikiran filsafat dan tasawuf, yang selama hampir 500 tahun dianggap Iqbal telah tertidur.

Pemikiran Filsafat dan tawasuf yang ditawarkan oleh Iqbal adalah penawar untuk kejumudan pemikiran Islam. Dan jikalau inti filsafat diri (khudi) yang digagas Iqbal itu dilakukan dengan sungguh-sungguh akan mengantarkan masyarakat atau bangsa menjadi lebih baik dan bangun dari keterpurukan.

“Hal itu masih relevan sampai saat ini, setelah tujuh puluh tahun Iqbal meninggalkan kita semua” pungkas Ammar Fauzi.

Jadi, masihkah bertanya untuk apa dan apa guna, atau hubungan,  filsafat dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang sekarang sedang kita nikmati dan kita (puja) kagumi saat ini? (Fahmi Iqbal/Abdullah Alawi)



Terkait