Daerah

Empat Hal Agar Meraih Ramadhan Sepanjang Tahun

Sabtu, 16 Juni 2018 | 01:00 WIB

Jombang, NU Online
KH Syihabuddin Raso Alhafidz menyampaikan khutbah Jumat mengenai perbedaan astaghfirullah yakni mohon ampunan dan afuwun yakni permohonan maaf. Khutbah tersebut disampaikan di Masjid Jami Alfattah, Dusun Nglundo Utara, Desa Candimulyo, Kecamatan Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Jumat  (15/6).

"Ampunan itu dosanya masih ada, namun ditutup oleh Allah. Suatu saat akan diperlihatkan pada kita. Ini dosamu namun sudah Aku ampuni," tutur Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Ngesong, Desa Sengon, Jombang tersebut, 

Ibarat coretan di kertas yang ditutupi dengan alat penghapus. Coretannya tidak nampak, namun bekasnya masih ada.

Sementara itu, kata Kiai Syihab, afuwun atau maaf yakni dosanya dihapus. Tak berbekas. Seperti coretan di kertas yang dihapus dengan penghapus. Itulah sebabnya pada bulan Ramadhan dianjurkan Nabi Muhammad SAW banyak berdoa mohon maaf seperti lafadz Allahumma innaka afuwun karim tuhibbul afwa fa'fu anna. Dengan demikian, orang yang keluar dari Ramadhan, semua dosanya telah dihapus. Seperti tidak pernah punya dosa. 

"Pasca Ramadlan orang mukmin itu seperti bayi yang baru dilahirkan ibunya. Inilah yang disebut fitrah," jelasnya.

Kiai Syihab lalu mengutip ucapan Ibnu Sina yang menyatakan jika fitrah manusia itu mencakup tiga hal. Pertama, benar yaitu orang yang kembali ke fitrah akan senang berucap dan berbuat benar. Kedua, baik yakni orang yang kembali ke fitrah akan senang berucap dan berbuat baik.

"Ketiga itu indah. Di mana orang yang kembali ke fitrah akan senang berucap dan berbuat yang indah," ungkap Kiai Syihab

Ramadhan merupakan satu-satunya bulan yang disebut dalam Al-Qur’an. Ketika telah pergi, banyak yang gelo atau sedih.

Kiai Syihab menambahkan tips agar manusia tetap seperti dalam bulan Ramadhan sepanjang hidup. Ia mengutip empat hal sebagaimana disampaikan Imam Nawawi. Sehingga manusia selalu dalam fitrah. Dalam diri manusia yang fitrah, yang ada hanya Allah.

Pertama, meninggalkan hal-hal batil, maksiat dan dosa. Kedua, meninggalkan perkara haram. Sedangkan ketiga, menjauhi sifat tamak dan rakus. Terakhir, tidak menyakiti orang lain. 

Orang yang melakukan empat hal ini akan terus dicatat seperti sedang puasa, qiyamul lail dan sedekah. Empal hal ini jugalah yang menjadi ciri seseorang dalam kondisi fitrah. “Kondisi fitrah menjadikan manusia seperti layaknya manusia dan mau memanusiakan manusia," tandasnya. (Syarief Rahman/Ibnu Nawawi)


Terkait