Kudus, NU Online
Masyarakat Jawa menyabut bulan Sya’ban dengan Ruwah. Pada bulan tersebut umat Islam biasa menggelar Ruwahan, mengirim doa dengan bacaan tahlil kepada arwah ahli kubur supaya dalam kasih sayang Allah. Pelaksanaanya massal, misalnya diadakan pengurus masjid, musholla maupun organisasi.
<>
Dari catatan NU Online di Kudus, sejak akhir bulan Rajab, Ruwahan atau biasa disebut “kirim arwah” telah diadakan Pengurus NU dan pengurus masjid dalam waktu serta tempat yang berbeda. Kemasan acara, biasanya diawali khotmil Qur’an bil-ghoib, istighosah dan tahlil umum yang dihadiahkan kepada para arwah ahli kubur masyarakat setempat.
Pengurus Ranting NU Desa Peganjaran Bae pada Rabu (26/5) lalu mengadakan Ruwahan dengan mengirim doa kepada 1.000 arwah, sementara MWCNU Kaliwungu pada Ahad (9/6) mentahlilkan 12.500 arwah.
Ruwahan yang dilaksanakan kedua Pengurus NU itu adalah rangkaian kegiatan peringatan Isra’ Mi’raj dan harlah ke 90 NU.
Tak mau ketinggalan, Remaja Masjid al Munawarah Desa Jekulo Kudus juga mengadakan kegiatan ruwahan massal dengan mendoakan sebanyak 14.783 arwah.
Menurut ketua panitia H Zusni Anwar, tradisi ruwahan massal ini diadakan setiap tahun sekali yang bertujuan mendoakan ahli kubur (arwah) keluarga kaum muslimin Jekulo yang sudah meninggal dunia.
“Kami mulai pagi hingga malam rangkaiannya khotmil qur’an, tahlil mendoakan secara berjamaah yang dipimpin para ulama dan kiai desa ini,” terangnya kepada NU Online.
Bulan Ruwah, kata sekretaris MWC NU Jekulo ini, merupakan waktu yang tepat membuktikan cinta dan bakti kepada orang tua (birrul walidain) terutama yang sudah meninggal dunia, “Begitu juga, tradisi ruwahan ini sebagai upaya mengingat bahwa semua umat akan kembali kepada Sang kholik Allah SWT,” jelas H Zusni.
Ruwahan ini biasanya diadakan secara serentak pada bulan Ruwah. Selain itu, pada bulan ini juga, kaum muslim berbondong-berbondong berziarah kubur atau nyadran ke makam orang tua maupun ulama pendahulu dan para wali.
Redaktur : Abdullah Alawi
Kontributor : Qomarul Adib