Daerah

Dituding Haram, Pemda Tegaskan Tabuik Murni Budaya Masyarakat Piaman

Senin, 24 September 2018 | 04:30 WIB

Dituding Haram, Pemda Tegaskan Tabuik Murni Budaya Masyarakat Piaman

Kegiatan Tabuik Piaman di Pariaman, Sumbar

Pariaman, NU Online
Selama 10 tahun terakhir pelaksanaan Tabuik Piaman selalu diterpa isu-isu negatif. Terutama mengkaitkannya dengan paham atau aliran Syiah dan dinyatakan haram. Isu tersebut selalu muncul setiap menjelang perayaan pesta Tabuik Piaman yang diselenggarakan pada 1 hingga 10 Muharram Hijriah.

Demikian diungkapkan Walikota Pariaman Mukhlis Rahman, Ahad (23/9) sore, saat puncak prosesi pesta budaya Tabuik Pariaman yang dipadati puluhan ribu pengunjung di pantai Gandoriah, Pariaman. 

Puncak prosesi dihadiri Menteri Pariwisata yang diwakili Plt Deputi I Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Ni Wayan Giri Adnyani, Gubernur Sumbar diwakili Kepala Dinas Pariwisata Oni Yulfian, Wakil Walikota Pariaman Genius Umar, pejabat di lingkungan Pemko Pariaman dan undangan lainnya. Meski diguyur hujan deras, prosesi puncak Tabuik tetap berlangsung meriah.

Mukhlis menegaskan, baik secara pribadi maupun sebagai Walikota Pariaman, sudah seringkali menjelaskan bahwa Tabuik Piaman tidak ada kaitannya dengan ritual agama. 

Dikatakan, Tabuik Pariaman murni budaya Pariaman. Untuk itu, gairah masyarakat Pariaman dalam pelaksanaan Tabuik harus terus ditumbuhkan sebagai kecintaan terhadap budaya Pariaman.

"Mereka yang selalu melontarkan tuduhan tersebut, hanyalah orang yang selalu sirik melihat begitu ramainya budaya Tabuik di Pariaman. Kita harus berantas tuduhan tersebut," ungkap Mukhlis Rahman.

Mukhlis juga menyebutkan, prosesi Tabuik awalnya memang dari peristiwa Perang Karbala, yakni Hasan dan Husin. Namun di Pariaman, prosesi tersebut dijadikan kegiatan budaya yang disesuaikan dengan kondisi Pariaman. Sehingga saat ini Tabuik bukan lagi terkait dengan aliran Islam tertentu.

Menurut Mukhlis, pelaksanaan Tabuik terbukti cukup besar pengaruhnya terhadap masyarakat Kota Pariaman. Ramainya pengunjung di saat pesta Tabuik berlangsung di Kota Pariaman, memberikan dampak ekonomi. Hal ini turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dibagian lain Mukhlis juga mengungkapkan, selama kepemimpinannya 10 tahun, sudah dibangun 2 rumah Tabuik. Yakni rumah Tabuik Subarang dan rumah Tabuik Pasa. Sebelumnya, pelaksanaan pembuatan Tabuik selalu berpindah-pindah. Karena rumah lokasi pembuatan Tabuik sudah tergusur akibat pembangunan pemukiman penduduk. 

"Alhamdulillah, dengan adanya kesepakatan tuo Tabuik dan ninik mamak sudah berhasil dibangun 2 rumah Tabuik tersebut. Sehingga sekarang pembuatan Tabuik tidak lagi berpindah dari tahun ke tahun.

"Pelaksanaan Tabuik juga sudah dianggarkan melalui APBD Kota Pariaman. Dulu sebelum Kota Pariaman berdiri, anggaran pelaksanaan Tabuik dibantu Bupati Padang Pariaman sebesar Rp5 juta. Sisanya disebarkan proposal dan minta sumbangan kepada orang Piaman dan pihak lainnya. Tabuik tetap juga dilaksanakan sebagai bentuk Tabuik miliknya orang Piaman," kata Muklis.

Pelaksanaan Tabuik juga berhasil memotivasi sanggar-sanggar kesenian tumbuh  di Kota Pariaman. Selain itu, mampu mendongkrak kunjungan wisatawan ke Kota Pariaman. Pertumbuhan wisatawan ke Pariaman terus meningkat setiap tahunnya. Pada 10 tahun lalu jumlah pengunjung wisatawan ke Kota Pariaman berjumlah 300.000 orang. Tahun 2017 sudah mencapai 3 juta wisatawan ke Pariaman. (Armaidi Tanjung/Muiz


Terkait