Daerah

Derita Terus Mendera Keluarga Penderita Hidrosefalus Ini

Rabu, 18 April 2018 | 04:30 WIB

Derita Terus Mendera Keluarga Penderita Hidrosefalus Ini

Susiwati dan puteranya, Fariz (Penderita Hidrosefalus )

Jombang, NU Online
Sesekali Susiwati (34 tahun) menyeka air matanya yang tak terbendung.  Disela menceritakan kondisi keluarganya, air matanya meleleh tak tertahan.

“Sudah tidak punya apa-apa. Hutang menumpuk,” ucapnya sembari memeluk erat putra ketiganya yang menderita hidrosefalus, Selasa (17/4).

Dengan telaten ibu tiga anak ini memberikan susu formula kepada putranya yang hanya bisa berbaring tersebut. Padahal teman-teman sebayanya, yang sama-sama berusia 15 bulan, sedang lucu-lucunya karena sudah mulai bisa berlari.

Dari pernikahannya dengan M Arif (37 tahun) yang sehari-hari bekerja sebagai kuli, Susiwati dikarunia tiga anak. Anak pertama yang kini kelas 3 SD sehat dan normal. Putra kedua, Farel, (6 tahun), sejak lahir sudah bermasalah.

“Tidak bisa buang air besar (BAB). Kalau BAB harus disogok,” tuturnya.

Pada usai tujuh hari, Farel dibawa ke rumah sakit (RS). Dia divonis usus buntu. Sehingga harus menjalani operasi. Sejak itu dia keluar masuk RS.

“Kadang harus rawat inap satu minggu, dua minggu. Bahkan hingga satu bulan,” jelasnya.

Karena tidak bisa BAB normal dari anus, putra keduanya lantas dibuatkan anus buatan di perut sebelah kanan.

“Dia sudah dua kali operasi. Satu kali operasi habis Rp 20 juta,” paparnya.

Dan setiap minggu dia pun harus kontrol. 

Putra ketiganya, Fariz, lahir di RS Muslimat pada 8 Januari 2017 pukul 15.30 dengan panjang 50 cm dan berat 3 kg. Baru ketahuan memiliki kelainan saat usia empat bulan.

“Badannya panas terus dan kepalanya genjur terus,” jelasnya.

Setelah diperiksakan, dia diketahui menderita hidrsosefalus. Kelainan berupa kepala membesar yang berisi cairan. Untuk mengeluarkan cairan itu, Fariz sudah satu kali menjalani operasi.

“Operasi selanjutnya melihat kondisi anaknya,” ucapnya.

Fariz juga keluar masuk RS dan harus rutin kontrol.

“Januari lalu rawat inap sampai dua bulan. Sehingga bapaknya tidak bisa kerja,” ujarnya.

Dia pun terpaksa pinjam uang ke rentenir.

“BPKB motor, sertifikat sawah, tanah dan rumah milik orang tua sudah saya pinjam untuk digadaikan. Sudah tidak ada lagi. Bisanya  pinjam sana-sini,” urainya.

Tomy Adi Purwanto, kepala desa Plosogeneng saat dikonfirmasi menyatakan bahwa keluarga Arif dan Susiwati sama sekali tidak masuk dalam jaring pengaman yang disediakan pemerintah.

“Mereka tidak dapat KIS, Raskin maupun PKH,” jelasnya.

Seandainya bisa, Tomy mengaku ingin mengusahakan agar keluarga tersebut memperoleh ketiganya.

“Tapi ketiganya itu kewenangan pusat. Bukan kewenangan kita,” urainya.

Sebelumnya pada , Senin (16/4) lalu, keluarga M Arif ini mendapat kunjungan dari petugas Unit Pengumpul Zakat Infaq dan Sedekah (UPZIS) Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Jombang Kota (Jomkot), Kabupaten Jombang.

Kedatangan ini untuk memberikan donasi uang sebesar 10 juta kepada penderita hydrosypalus Fariz Ibrahim warga Dusun Jabon, Desa Plosogeneng, Kecamatan Jombang.

"Bantuan ini adalah donasi dari yang ditangani oleh UPZIS MWCNU Jombang Kota," kata Ketua UPZIS LAZISNU MWC Jombang Kota Khoirul Anwar.

Khoirul Anwar menambahkan donasi yang diberikan kepada yang bersangkutan akan bertahap. Ia bersama petugas UPZIS MWCNU Jomkot kembali akan mengumpulkan donasi untuk diberikan pada tahap selanjutnya.

"Bantuan ini adalah tahap pertama. Nanti jika terkumpul  akan kembali diserahkan pada keluarga Bapak Arif," ujar dia. (Syamsul Arifin/Muhammad Faizin)


Terkait