Pesantren sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka, bahkan sebelum masa penjajahan. Sehingga ia perlu menjadi acuan di dalam pengembangan pendidikan, kata Agus Mulyana, Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FP-IPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
"Pesantren harus jadi basis. Makanya kita menyebutnya sekolah berbasis pesantren, di dalam mengembangkan sekolah yang diwarisi oleh nilai-nilai pesantren. Jadi pesantrennya maju, sekolahnya pun maju," kata Agus dalam kegiatan Pelatihan Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren (SBP), di Gedung PWNU Jabar, Sabtu (29/4).
Dewan Pakar Maarif NU Kota Bandung ini pun menjelaskan bahwa pesantren memang sudah ada sejak dulu tetapi perkembangannya tak lebih cepat dan maju dibandingkan dengan sekolah yang notabene warisan penjajahan.
"Dulu kan sekolah itu hanya milik orang-orang non-Islam, sementara mayoritas kita beragama Islam, dan pendidikan pesantren seperti terbelakang sehingga lama-kelamaan menjadi tuntutan (SBP) ini karena banyak kejadian pesantren yang tidak bisa mengikuti perkembangan pendidikan zaman, istilahnya tertinggal," jelas Dosen UPI Bandung
Tetapi, lanjutnya, saat ini sudah bermunculan sekolah yang berbasis pesantren, pesantren modern, dan pesantren yang ada sekolahnya. Artinya, pesantren sudah beradaptasi pada perkembangan zaman. Menurutnya, antara pesantren dan sekolah tak boleh ada dikotomi. Keduanya harus maju tetapi kemajuan itu ditandai dengan ada dua indicator; pertama, respon dari masyarakat; kedua, kompetensi lulusan atau tindak lanjut lulusan.
"Pertama respon dari masyarakat, ketika masyarakat berbondong mengirimkan anaknya ke pesantren yang ada sekolahnya itu berarti indikatornya sudah maju, dan kemajuan itu ditentukan pada indikator yang kedua yaitu keberhasilan dari pesantren itu. Misalnya ada pesantren dengan indikator tahfidz atau lulusan aliyah dan SMA mereka bisa diterima di perguruan tinggi negeri atau mereka sekolah ke luar negeri ke Mesir, ke Arab Saudi atau ke negara-negera eropa," jelasnya.
Dia pun berharap, sekolah berbasis pesantren lebih diperbanyak sehingga memiliki daya tawar yang tinggi.
Ketua PC Lembaga Pendidikan Maarif NU Kota Bandung Saifullah mengatakan, pesantren harus memiliki sekolah atau madrasah yang berkualitas, tidak hanya dari segi ilmu agama tetapi juga sains.
"Itu harapan saya sebagai PC Maarif NU Kota bandung, apalagi acara ini diikuti oleh kebanyakan luar Kota Bandung, seharusnya acara ini untuk Kota Bandung, tapi alhamdulilah respon para guru, para kiai, ustadz yang ada di pesantren berbondong-bondong mengikuti pelatihan ini," terang Saiful, yang juga sebagai pengajar MTs Al Burhan Kota Bandung.
Para peserta Pelatihan Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren (SBP) berasal dari Depok, Subang, Kota Bandung, dan Bandung Barat. Turut hadir Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kementrian Agama Kota Bandung. (Bakti Habibie/Mahbib)