Semarang, NU online
Usai seminar Teknologi Informasi Sebagai Sarana Jitu Gerakan Islam Ramah, di Aula Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) di Semarang, Sabtu (12/5), Gerakan Pemuda Ansor Jawa Tengah (Jateng) bersama Polda Jateng, Diskominfo Jateng, Mafindo Jateng, BP MAJT dan elemen masyarakat muslim Jateng, mendeklarasikan tekad melawan hoaks.
Kegiatan deklarasi yang diikuti kader Ansor dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah sekaligus mendukung penegakan hukum oleh POLRI untuk menindak penyebar hoaks demi menjaga keutuhan NKRI.
Adapun Workshop Jurnalistik diisi oleh narasumber dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang Zakki Amali, Fotografer Jateng Pos Dhani Setiawan, dan praktisi internet Wijaya Wizisme.
Dirintelkam Polda Jateng AKBP Bambang Purwadi Bambang Purwadi mengungkapkan, dari teknologi lahir banyak pekerjaan baru bagi anak-anak muda dan hal itu menjadi bagian dari dampak positif yang perlu didorong, sedangkan dampak negatif seperti hoaks harus ditekan.
"Kepolisian secara berkala mengawasi ujaran kebencian, hoaks dan informasi yang menghasut. Kita dukung acara ini agar Jateng bebas hoaks. Kita gunakan teknologi dengan bijak," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Mafindo Jateng Septiaji Eko Nugroho mengatakan, perlawanan terhadap hoaks dimulai dari keluarga, karena keluarga mempunyai peran besar sebagai institusi terkecil dan inti masyarakat sehingga tradisi melawan hoaks harus dibiasakan.
"Keluarga sebagai garda terdepan memerangi hoaks. Mafindo saat ini sedang membangun sistem melawan hoaks yang disinergikan dengan isu antikorupsi dan antiradikalisme, keluarga sebagai basis, orang tua punya tanggung jawab memastikan anak bebas dari hoaks," katanya.
Menurut Septiaji, karakteristik masyarakat menyukai berita bombastis dan bohong karena tipe berita itu lebih cepat viral. Hal itu, kata dia, dimanfaatkan produsen hoaks meraih pembaca dan di sisi lain, hoaks juga memanfaatkan emosi pembaca sehingga larut di dalamnya.
Tak terkecuali penduduk dengan latar pendidikan yang tinggi dan pada sisi media, banyak pemiliknya terlibat dalam oligarki sehingga menggunakan media sebagai saluran politik praktis yang sebetulnya media harus menjaga independensi dari partai politik.
"Hoaks ini harus dilawan bersama. Kader NU yang waras saat ini tidak lagi saatnya mengalah dan diem, harus bergerak. Ojo ngalah," ujarnya. (Ichwan/Muiz)