Probolinggo, NU Online
Saat ini pesantren tidak hanya sekedar mengerjakan ilmu umum dan agama. Sebagian diantaranya sudah ikut menggerakkan roda ekonomi yang orientasi untuk kemaslahatan umat dan santri. Seperti yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al Mashduqiah di Kelurahan Patokan Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo yang mulai memproduksi tahu sebagai upaya mencetak wirausaha di kalangan santri.
<>
Pabrik tahu yang dikembangkan Pesantren Al Mashduqiah merupakan salah satu jenis usaha koperasi pondok pesantren (Kopontren) Al Mashduqiah. Ada empat jenis usaha yang dimiliki pesantren ini. Yaitu, perdagangan, simpan pinjam, industri dang jasa.
Pabrik tahu sendiri bernaung di bawah unit usaha industri berdiri 15 bulan lau. Hingga kini pabrik tahu ini mampu memproduksi 80 kilogram kedelai. Hasil tahunya bisa mencapai 70 papan atau 70 tahu berukuran 40 sentimeter persegi. Lalu, hasil perasan kedelai pertama diolah menjadi susu kedelai yang biasa dikonsumsi santri dan guru-guru di lingkungan pesantren.
Saat ini pasar tahu Pesantren Al Mashduqiah mulai merambah keluar. Beberapa pemasok dari Kraksaan dan kecamatan sekitarnya mengambil tahu dari tempat ini. Makin luasnya pasar membuat produksi tahu meningkat.
Fatimah Al Zahra, pengurus Kopontren Al Mashduqiah mengatakan, awal usahanya itu dirintis untuk memenuhi kebutuhan santri akan makanan sehat tiap hari. Salah satunya, tahu. Sebelum ada pabrik tahu dapur pesantren setempat membeli tahu dari pedagang. Selain tempe dan lauk lainya, tahu merupakan konsumsi rutin para santri.
Karena kondisi itu, Hj Zulfa Badri, salah satu pengasuh Pesantren Al Mashduqiah memiliki ide membuat pabrik tahu. Kebetulan ada salah satu santri asal Besuki yang punya pabrik tahu. Dari situ dijalin kerjasama untuk membuat pabrik tahu.
“Kerja sama itu berupa pengadaan barang produksi, proses produksi dan ilmu tentang produksi tahu hingga pendampingan setiap minggunya,” ungkap Fatimah Al Zahra, Jum’at (19/6).
Hingga kini pabrik tahu pesantren tersebut memiliki empat karyawan yang berasal dari warga sekitar. Dua orang bagian produksi dan lainya bagian distribusi serta keuangan.
Namun, pabrik tahu itu hanya salah satu dari unit usaha bidang industri yang dimiliki pesantren. Ada juga di bidang jasa yang punya beberapa unit kegiatan. Diantaranya, potong rambut yang melayani santri putra, rental mobil, konveksi dan wartel putra dan putri (HP).
“Alhamdulillah, semua unit ini mampu menciptakan lapangan pekerja bagi masyarakat. Sebab, karyawan berasal dari alumni dan warga sekitar total semua karyawan ada 36 orang,” ungkap putri pertama pengasuh Pesantren Al Mashduqiah KH Mukhlisin Saad dan Hj Badri Zulfa itu.
Dua jenis usaha yang lain kata neng Izah, juga punya beberapa unit kegiatan jenis usaha perdagangan bergerak pada usaha koperasi putra dan putri koperasi primer, kantin putra dan putri, swalayan, foto copi ATK dan komputer.
Yang terakhir usaha simpan pinjam berupa Credit Union(CU) Bersama Bisa Makmur anggota usaha simpan pinjam mencapai 360 orang. Sementara anggota luar biasa sekitar 600 orang yang berasal dari santri.
Koperasi yang memiliki badan hukum dengan nomor 518/BH/XVI.22/322/426.110/2010 itu rutin mengadakan RAT (Rapat Anggota Tahunan). Dalam rapat itu setiap anggota berhak memilih dan dipilih menjadi pengurus atau pengawas dan memperoleh SHU (Surplus Hasil Usaha).
“Dana usaha dari Kopontren itu berasal dari koperasi simpan pinjam CU Bersama Bisa Makmur itu,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Mukafi Niam)