Daerah

Bekali Alumni, Pesantren Al-Anwar Sarang Gelar Halaqah

Kamis, 15 November 2018 | 14:30 WIB

Bekali Alumni, Pesantren Al-Anwar Sarang Gelar Halaqah

Halaqah alumni santri Al-Anwar Sarang Rembang

Rembang, NU Online
Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam di tanah air mempunyai andil yang sangat besar dalam pembentukan karakter bangsa Indonesia. 

Bukan hanya karena memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan pendidikan lainnya, pesantren juga kaya akan konsep-konsep yang selalu relevan dibandingkan dengan pendidikan umum.

Dalam rangka memberikan pembekalan kepada alumni, Himpunan Alumni Al-Anwar (HIMMA) menggelar halaqah ilmiah dengan tema Mengupas pendidikan keagamaan di zaman sekarang untuk pesantren dan masyarakat

Kegiatan ini berlangsung pada Rabu (14/11) bertempat di Mushalla Komplek Mathla'ul Anwar Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang Jawa Tengah diikuti oleh sekitar 1500 peserta yang berasal dari para alumni dan muhibbin.

Menghadirkan KH M Najih Maimoen, salah satu putra KH Maimoen Zubair dan Pengasuh pondok Tahfidz Narukan Kragan KH Baha'uddin Nur Salim yang juga alumni Pesantren Al-Anwar.

Menurut Ketua Ma’had Aly Al-Anwar A Dawam Afandi, kegiatan ini bertujuan untuk mempererat ikatan silaturahim antar alumni serta memberikan pembekalan kepada para alumni. “Mempererat ikatan para alumni dan membekali mereka untuk membawa tradisi pesantren salaf pada masyarakat,” jelasnya.

Dikatakan, kegiatan ini merupakan penyelenggaraan yang kedua kalinya. “Ini merupakan penyelenggaraan yang kedua dan bertepatan dengan hari lahir ke-52 Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang,” tambah pria asal Montong Tuban ini.

KH Najih memaparkan beberapa hal yang patut disoroti saat ini. Menurutnya ada dampak negatif dari kurikulum pemerintah terhadap budaya pesantren, yakni semakin memudarnya keikhlasan bertalabul ilmi dan khidmah kepada ahlul ilmi. “Terkikisnya sikap tawadlu, andap asor, nurut kepada kiai, dan sopan santun,” ucap Gus Najih.

“Saat ini berubah menjadi sikap mudah mengkritisi, mengkritik kebijakan dan dawuhnya kiai dan asatidz, mereka menganggap kiai hanya sebatas pemilik pondok atau yayasan saja,” imbuhnya.

Selain itu, Gus Najih mengatakan jika saat ini pesantren harus tetap mengadopsi kitab-kitab salaf meskipun sudah berbentuk pesantren modern atau universitas. 

“Harus diupayakan untuk mengadopsi kitab-kitab salaf, syukur kalau bisa porsi kesalafan itu diperbanyak sehingga berimbang, bahkan kalau perlu melebihi ilmu umumnya,” tambahnya. (Hanan/Muiz)


Terkait