Daerah

Bazar Nusantara, Padukan Perniagaan dan Keilmuan

Sabtu, 27 Juni 2015 | 01:03 WIB

Surabaya, NU Online
Bazaar Nusantara digelar kemarin, Surabaya, Kamis (25/6) malam. Pemandangan berbeda di Bazar Nusantara itu ialah pengajian yang hadir di tengah pasar. Panitia bazar sengaja berkerja sama dengan Aswaja NU Center PWNU Jatim guna mengisi pengajian di tengah-tengah bazar.
<>
Seketika itu Bazar Nusantara disulap seperti salah satu pasar di Yaman. Pasar itu bernama pasar Tarim. Pasar Tarim adalah pasar yang memadukan kepentingan perniagaan (jual-beli) dan keilmuan.

"Bazar Nusantara kalau seperti ini seperti pasar Tarim, Yaman. Para penjual menjual barang dagangannya, sedangkan sebagian para pengunjung mengikuti atau menyimak pengajian yang telah berlangsung di pasar," kata ustadz A Muntaha, mengawali penyampaiannya.

Dalam pengajian yang diberi nama Ngabar (Ngaji Aswaja di Bazar) itu, A Afif Amrullah yang didaulat sebagai moderator terlebih dahulu memperkenalkan Aswaja NU Center PWNU Jatim serta menyampaikan tujuan dan maksud dilaksanakan Ngabar ini.

"Kami juga membagikan buku saku argumen amaliyah di bulan Sya'ban dan Ramadlan kepada 20 peserta pertama," lanjutnya mengajak para pengunjung Ngabar.

Aswaja NU Center adalah salah satu lembaga nonstruktural yang berada di NU. Ngabar ini bertujuan menyebarluaskan paham Aswaja kepada masyarakat luas. "Di bazar semua masyarakat berbagai elemen berkumpul, inilah salah satu cara kami untuk memperkenalkan Aswaja kepada masyarakat umum," ujar Afif, saat ditemui setelah acara.

Sementara ustadz Muntaha lebih banyak bicara amaliyah NU. Menurutnya, di NU sudah jelas Tarawih 20 rakaat berdasarkan mayoritas ahli ilmu mengikuti riwayat Sayyidina Umar dan para sahabat Nabi Muhammad SAW. Hadist itu diriwayatkan oleh Sunan At-Tirmidzi 734.

Selain itu, Muntaha menyampaikan kepada peserta Ngabar tentang penentuan awal Ramadlan dan awal Syawal yang selalu menggunakan metode rukyatul hilal.

Alamiyah bulan Sya'ban pun dikupas habis oleh ustadz yang juga pengurus LBM NU Jawa Timur itu. Muntaha lebih banyak berbicara soal nisfu Sya'ban. (Rofii Boenawi/Alhafiz K)


Terkait