Serang, NU Online
Ketua Pengurus Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Serang, Banten, Sabroni ikut memberikan komentar terkait dengan munculnya beragam ustadz 'dadakan' yang bergebu gebu dalam berdakwah.
Menurutnya, untuk menjadi seorang ustadz butuh proses yang panjang dan pemahaman yang kuat terkait dengan akidah dan syariah islam.
Ia menuturkan, ustadz adalah seorang yang mendidik dan mengayomi masyarakat dengan memberikan pemahaman islam secara utuh. Jika ada orang yang tiba-tiba ingin disebut ustadz bahkan ulama, maka harusnya tidak boleh menjadi tokoh yang memprovokasi bahkan mengajak kepada hal yang bertentangan dengan nilai berbangsa dan bernegara.
"Bagi saya ustadz itu ya orang yang mengajari ngaji, orang yang mau terlibat penuh saat ibadah di masjid seperti menjadi imam, tidak mendadak. Ujug-ujug mengklaim dirinya ustadz hanya bermodalkan pakaian dan sorban," ucapnya Sabroni saat menjadi pembicara Taushiyah Kebangsaan oleh Pengurus Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten di Gedung PWNU Banten, di Jl Kemang Kota Serang, Rabu (15/5).
Ansor kata dia, akan komitmen menjaga pemahaman islam yang utuh dengan tidak serta merta seolah paling bisa dalam memaknai islam. Menurut Sabroni, masyarakat kini harus diberikan pemahaman agar bisa memilah dan milih mana sosok ustadz yang asli dan mana sosok ustadz yang mengaku ngaku saja.
"Minimal dia pernah di pesantren, pernah ngaji kitab kuning, agar menjadi contoh yang baik juga memiliki pemahaman yang benar-benar bagus soal islam," tuturnya.
Seperti diketahui, kegiatan yang digagas oleh mahasiswa di Serang-Banten itu juga menghadirkan tokoh lain seperti Pengurus PW Lakpesdam NU Banten, Ali Muhtarom dan Dosen UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten, Masykur Wahid.
Kegiatan itu mengangkat tema Menjaga nilai nilai persatuan demi menjaga nilai-nilai kebangsaan. Kegiatan dilanjutkan dengan istighotsah dan buka puasa bersama. (Abdul Rahman Ahdori/Muiz)