Daerah

Anggota Banser Ini Koleksi Benda-benda Peninggalan Laskar Hizbullah

Ahad, 22 Mei 2016 | 04:00 WIB

Anggota Banser Ini Koleksi Benda-benda Peninggalan Laskar Hizbullah

Contoh Kostum Laskar Hizbullah yang dipakai Edi Setiawan (kanan)

Temanggung, NU Online
Tak banyak pemuda NU yang memiliki hobi dan kesukaan unik seperti halnya yang dimiliki Edi Setiawan yang saat ini aktif sebagai Wakil Sekertaris Satuan Koordinasi Cabang (Satkorcab) Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Edi mempunyai hobi mengoleksi benda-benda peninggalan dari Laskar Hizbullah yang sekarang masih tersisa seperti senjata, kostum, seragam dan perlengkapan lain yang dahulu dipakai dan digunakan oleh Laskar Hizbullah di masa perjuangan fisik menghadapi penjajah kolonial.

Dia berhasil mengoleksi perlengkapan Laskar Hizbullah mulai dari baju, celana, sarung, peci hitam khas Indonesia, dan juga pin Laskar Hizbulloh. Untuk pin, masing-masing mempunyai nilai tersendiri. Pin terbuat dari besi yang ditipiskan kemudian dicat dan mencantumkan lambang Hizbullah berupa gambar bulan dan bintang. Edi mendapatkan benda-benda bersejarah tersebut setelah melacak berbagai informasi.

Pecinta dan pegiat sejarah di kalangan Ansor Temanggung ini juga mempunyai obsesi untuk bisa mengulas kembali fakta sejarah yang ada di daerah tempat tingalnya, di Kabupaten Temanggung terutama tentang sejarah bambu runcing yang sangat erat kaitannya dengan kiprah Laskar Hizbullah di masa perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

Menurutnya, saat ini kesadaran generasi muda NU akan pentingnya sejarah masih belum tinggi. Masih banyak unsur dan jejak sejarah NU yang belum sepenuhnya tergali. “Bambu runcing adalah ikonnya kota Temanggung, banyak sekali orang tahu akan hal ini, namun masih jarang orang mengetahui akan sejarah dari masa kejayaan bambu runcing Ini,” tuturnya, Jumat (20/5).

“Di Kauman, Parakan, Temanggung, misalnya, ada pondok pesantren dan juga masjid Agung Parakan yang digunakan sebagai tempat penyepuhan bambu runcing saat itu. Diprakarsai oleh Kiai Subkhi. Daerah Parakan menjadi tempat yang ramai. Setiap malam banyak orang dari luar kota untuk bertemu dengan beliau untuk menyepuhkan bambu runcingnya itu, sebelum digunakan untuk melawan penjajah,” sambung Edi Setiawan.

Di antara data yang diperoleh pemuda yang berdomisili di Desa Kowangan Temanggung ini, ada salah satu mirid Kiai Subkhi bernama Istakhori Sam'any. Dia adalah salah satu santri Kiai Subkhi yang sering menerima wejangan-wejangan, juga amalan-amalan untuk penyepuhan bambu runcing. Setelah penjajah pergi dan benar-benar dinyatakan merdeka dari penjajahan, Kiai Subkhi kembali menjadi seorang petani biasa.

Kini yang tertingal adalah makam Kiai Subkhi yang ada di Parakan Kauman, Parakan, Temanggung. Sedang rumah muridnya, Istakhori Sam'ani kini kosong. Pondok pesantren peninggalan Mbah Kiai Subkhi itu kini diteruskan oleh KH Haidar, putra KH Muhaiminan Parakan, seorang tokoh kharismatik di Parakan Temanggung. (M. Haromain/Mahbib)


Terkait