Daerah

Anak Kampus Terima Pemahaman Aswaja

Senin, 29 April 2013 | 01:02 WIB

Surabaya, NU Online
Sehari penuh dari pagi hingga sore, Ahad (28/4) Aula MWCNU Sukolelo Kota Surabaya dipenuhi anak muda kampus, khususnya para mahasiswa ITS dalam acara Halaqah Aswaja An-Nahdliyah bersama dua narasumber, Ustadz Muhammad Idrus Ramli salah seorang Dewan Pakar Aswaja Center PWNU Jatim dan Ustad Ma’ruf Khozin Ketua LBM PCNU Kota Surabaya.<>

“Memang, acara ini gawenya MWCNU Sukolelo, yang pesertanya dari beberapa Banom NU, seperti IPNU-IPPNU, Muslimat NU, Ansor dan Pengurus Ranting NU se kecamatan Sukolelo, tapi karena memang kantor ini dekat dengan kampus ITS, ternyata justru yang hadir banyak dari mahasiswa,” kata Drs. Wayuddin, Ketua MWCNU Sukolelo yang juga dosen di ITS.

Dalam orasinya Ustadz Idrus memaparkan beberapa aliran yang selama ini tidak sepaham dengan NU, seperti Aliran Syiah, HTI dan Wahabi. Sementera Ustadz Ma’ruf Khozin mengetengahkan beberapa hujjah amaliah yang selama ini dilakukan warga nahdliyyin. 

Dasar anak muda yang di kampusnya sering bergesekan dengan beberapa teman yang berbeda aliran, muncullah berbagai pertanyaan menggelitik, seperti pilihan antara sistem Khilafah dan demokrasi dalam sebuah pemerintahan, apa maksud ahlul bait yang ada di Syiah, dan pertanyaan sekitar amaliah yang selama ini dilakukan warga Nadliyyin seperti Tahilan, Maulid Nabi dan lain-lain.

Dengan tangkasnya Ustdaz Idrus menguraikan berbagai dalil yang sering dibuat hujah Hizbut Tahrir tentang doktrin khilafah. Dengan berbagai macam syarah hadis yang diuraikan Ustadz Idrus, tenyata Hizbut Tahrir terdapat banyak kesalahan dalam memahami hadis-hadis itu. 

Lebih dari itu, bahwa sistem demokrasi yang ada di Indonesia bukanlah sebagaimana yang dituduhkan mereka, mengadopsi dari Barat. Sedang Cinta Ahlul Bait yang dibuat slogan Syiah itu tidak sebagaimana yang dimaksud dari nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah.

Ustad Ma’ruf Khozin pun dengan berbagai dasar baik dari al-Qur’an maupun al-Sunnah menjawab dengan tegas, bahwa apa yang ditradisikan warga Nahdliyyin sepeti Tahlilan, Maulid Nabi semua ada dasarnya. 

Berbagai keterangan para ulama yang termaktub di berbagai kitab ia ketengahkan dengan panjang lebar. “Jadi, tidak benar kalau amaliah warga nahdliyyin tersebut bid’ah dhalalah,” pangkasnya. 



Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Ma’ruf Asrori


Terkait