Jakarta, NU.Online
Ketua PWNU Jatim, Drs. KH. Ali Maschan Moesa, MSi merasa yakin masih ada peluang bagi dirinya
untuk tampil sebagai Cagub maupun Wacagub Jatim periode 2003-2008. Ali Maschan Moesa yang juga dosen IAIN Sunan Ampel mengemukakan hal itu di sela-sela menyampaikan visi dan misi Cagub dan Cawagub
Jatim di ruang Fraksi Gabungan DPRD Jatim, Kamis.
"Saya hingga kini masih yakin ada peluang dari Jakarta,
baik sebagai Cagub maupun Cawagub, karena itu kami mohon dukungan Fraksi Gabungan," ujar Ali dengan didampingi Ketua Umum Pagar Nusa, Suharbillah.
Hingga saat ini FKB DPRD Jatim belum memutuskan nama Cagub maupun Cawagub yang akan dicalonkan. Namun mereka sudah mengantongi lima nama, yakni Ali Maschan Moesa, Syaifullah Yusuf (Sekjen PKB), Mayjen (Purn) TNI Djoko Subroto, Mayjen TNI (Purn) Haris Sudarno dan Abdul Kahfi (mantan Wagub DKI Jakarta).
Ali Maschan Moesa mengatakan sebagai Cagub dirinya mempunyai misi untuk mewujudkan masyarakat Jatim yang cerdas, demokratis, makmur, agamis dengan menjaga integrasi masyarakat.
"Saya lihat pekerjaan gubernur sekarang hanya menerima tamu saja, karena itu perlu ada pendatang baru di gubernuran, bukan lagi status quo, karena itu jangan salah, kerbau saja tidak mau terperosok kedua
kalinya," katanya.
Pada kesempatan tanya jawab di Fraksi Gabungan, Ali Maschan mendapat pertanyaan cukup "berat", yakni dari Sekretaris Fraksi Gabungan, Haruna Sumitro dan Wakil Ketua, Achmad Ruba’ie. Haruna mempersoalkan masih adanya friksi yang kuat di fraksi-fraksi DPRD Jatim, karena itu kalau Ali Maschan meminta dukungan dari
Fraksi Gabungan akan membuat FKB tersinggung.
Sementara Achmad Rubaie menanyakan kenapa Ali Maschan berminat menjadi Cagub, karena posisinya sebagai pemimpin umat masih sangat dibutuhkan masyarakat terutama dalam memodernisasi masyarakat
Madura.
Menjawab mereka Ali Maschan mengatakan dirinya tetap mengutamakan pencalonan dari FKB, kendati demikian akan tetap meminta dukungan suara dari Fraksi Gabungan. Sedangkan ketika menjawab Achmad Rubaie, dia mengatakan menjadi gubernur justru akan menjadi eksekutor sehingga tidak kalah mulia daripada memimpin umat. (Antara)