Daerah

Ada Bancakan di Lebaran Ketupat

Jumat, 16 Agustus 2013 | 04:31 WIB

Jepara, NU Online
“Monggo-monggo kulo aturi rawuh ten musholla (Mari.. kami persilakan datang ke musholla), ajak Ali Mustofa serta H Sururil Anwar secara bergantian.<>

Sontak pagi itu saat jarum jam di musholla menunjukkan pukul 06.15 satu per satu kaum (warga, red) setempat berdatangan. Mereka datang tidak dengan tangan kosong. Namun puluhan kaum yang datang membawa nampan berisi ketupat, lepet, nasi, minuman, buah-buahan serta jajanan lain.

Beberapa menit kemudian barang bawaan kaum memadati beranda musholla. Begitu juga dengan warga; musholla bagian dalam, beranda maupun halaman dipenuhi warga. Ya, begitulah pemandangan bancakan ketupat yang dilaksanakan sepekan usai Idul Fitri di Jepara. Terlebih yang dilaksanakan di Musholla Baitur Rohman desa Margoyoso kecamatan Kalinyamatan kabupaten Jepara, Kamis (15/8) pagi. 

Nadlir Musholla, KH Muchlisul Hadi pun sudah rawuh. Pengasuh pesantren Roudlotul Huda itu mengawali bancakan dengan memberikan wejangan. Dalam tausiyahnya kiai sepuh itu menyampaikan bancakan merupakan momentum untuk mengawali rutinitas pasca lebaran. Sebelum memulai aktivitas kembali Syuriyah MWCNU Kalinyamatan itu mengajak untuk doa bersama. 

Puasa sebutnya merupakan media hablun minallah (hubungan dengan Allah) sedangkan idul Fitri hablun minannas (hubungan dengan sesama manusia). Ramadhan merupakan wahana untuk taqarrub ilallah (dekat dengan Allah). Lebaran momentum menyelesaikan haqqul adami (hak-hak sesama anak adam) dengan bermaaf-maafan. Usai melakukan itu semua perlu disyukuri agar rutinitas usai lebaran berjalan lebih baik. 

“Yang bekerja kembali ke lingkungan pekerjaanya dan yang belajar kembali ke sekolah, pondok maupun kampusnya,” imbuhnya. 

Bancakan dilanjutkan dengan tahlil yang diimami K Khoirul Kamal dan doa oleh Kiai Muchlis. Akhir dari kegiatan ialah kepungan. Warga satu dengan yang lain tidak sama nampan didapatkan. Ada yang mendapatkan ketupat dan lepet. Ada juga yang memperoleh nasi. 

Disitulah eksotisme bancakan; memakan ketupat kuah dengan tangan. Sehingga kadang-kadang pembawa nampan dengan senang hati menyisipkan sendok di nampannya. Juga ada warga yang dari rumah membawa sendok jika saat bancakan ia mendapatkan ketupat kuah lebih mudah memakannya. 


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Syaiful Mustaqim   


Terkait