Nasional

Mudik dan Arus Balik Tradisi yang Baik

Sen, 4 Agustus 2014 | 05:29 WIB

Cirebon, NU Online
Jika bertumpu pada tujuan utama untuk memperkuatĀ  tali silaturahim, kegiatan mudik yang banyak dilakoni masyarakat Indonesia jelang hari raya Idul Fitri merupakan tradisi yang baik dan patut dipertahankan. Hal ini mengacu pada semangat Islam sebagai agama persaudaraan sekaligus ajaran sosial yang baik.
<>
Demikian disampaikan KH Muhammad Bin Jaā€™far dalam sambutannya atas nama Pimpinan Pondok Pesantren Kyai Haji Aqiel Siroj (Khas) Kempek Cirebon pada acara Halal Bihalal Ke-9 Ikatan Santri dan Alumni Astanajapura (Istajap) di halaman Madrasah Diniyah Wathoniyah Desa Rawaurip Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon, Sabtu (2/8) malam.

ā€œAsalkan tetap pada tujuan yang baik, yakni memperkuat silaturrahmi setelah setahun lamanya terpisah dengan keluarga dan kerabat di kampung,ā€ katanya.

Kiai Muhammad melanjutkan, patut diakui bahwa tradisi mudik dan arus balik tidak ditekankan secara tekstual dalam ajaran agama Islam. Tradisi tersebut, tambah putra almarhum Buya Jaā€™far ini, hanya merupakan adat dan tradisi yang banyak dilakukan oleh masyarakat muslim Asia Tenggara, terutama di Indonesia.

ā€œDi Timur Tengah sendiri, atau di Mekkah yang notabene merupakan pusat sejarah Islam tidak ditemukan tradisi mudik maupun arus balik. Meskipun begitu, ini tetap dikatakan sebagai tradisi yang baik, dengan catatan dilakukan dengan niat, tujuan dan cara yang baik,ā€ pungkasnya.

Selain Kiai Muhammad, hadir pula KH Niamillah Aqil Siroj menyampaikan ceramah keagamaan. Menurut Obid Qobidurrizki, Ketua Panitia, acara yang dihadiri ratusan santri, alumni dan warga setempat ini merupakan sebuah wahana siaturrahmi sekaligus media syiar kepesantrenan secara langsung di tengah-tengah masyarakat. (Sobih Adnan/Mahbib)