Nasional

Kritis Pahami Survei Politik, Tantangan Wartawan Kelola Data secara Kredibel

Sab, 16 Desember 2023 | 12:00 WIB

Kritis Pahami Survei Politik, Tantangan Wartawan Kelola Data secara Kredibel

Ilustrasi kampanye politik. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Chief Editor The Conversation Indonesia, Ika Krismantari mengungkapkan tantangan besar dalam menggunakan data untuk membuat berita di tengah banyaknya survei elektabilitas politik dengan hasil yang beragam.


Ia menyadari bahwa data memiliki peran penting dalam mendukung berita. Namun Ika mengingatkan, data bisa dibuat oleh seseorang atau lembaga yang mungkin punya kepentingan tertentu sehingga wartawan perlu berhati-hati dan tidak naif dalam menyikapi data.


"Sebenarnya data kan bisa digunakan untuk mendukung sesuatu yang kita inginkan tapi kan naif gitu, karena data itu bisa saja dibuat oleh seseorang atau lembaga yang mungkin punya kepentingan tertentu yah," ujarnya pada diskusi daring dengan tema Kritis Membaca Survei Politik yang diadakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Jumat (15/12/2023).


Dalam konteks media di Indonesia yang erat kaitannya dengan kekuatan politik dan bisnis, Ika mengingatkan pentingnya melihat lanskap media secara cermat. Selain itu harus berhati-hati dan mawas diri dalam melihat data, sebab data sarat akan nilai.


"Jadi kita harus juga melihat siapa sih yang mengeluarkan data tersebut? Itu adalah salah satu hal yang perlu kita pahami. Jadi jangan kemudian diterima mentah-mentah, ketika misalnya ada data dan menunjukkan hasil tertentu, ada baiknya kita melihat siapa sih yang mengeluarkan data ini, siapa mereka, dan mungkin juga perlu bagaimana mereka mendapatkan dana untuk melakukan survei ini," jelas dia.


Menurutnya, hal itu merupakan langkah pertama yang bisa dilakukan oleh media untuk bisa memberikan informasi yang lebih baik buat publik dan bertanggung jawab.


Langkah kedua adalah redaksi memastikan data yang digunakan tidak hanya berasal dari satu sumber, tetapi melibatkan beberapa sumber yang dapat saling mendukung. Hal ini dilakukan untuk menghindari ketergantungan pada satu data primer dan memperkuat keabsahan informasi yang disajikan.


"Kalau dari The Conversation Indonesia memastikan, data itu tidak berdiri sendiri, dalam hal ini juga ada triangulasi. Jadi kayak ada beberapa sumber data yang kemudian bisa mendukung satu sama lain. Jadi tidak hanya ada satu data primer, tetapi ada data lainnya yang bisa kita pakai yang memang ternyata konsisten dengan data itu, dan itu kemudian bisa memperkuat lagi apa yang ingin kita tulis," imbuhnya.


Selain itu, perlu menjalin kolaborasi dengan para akademisi sebagai langkah untuk memastikan kualitas data. Ika mengakui bahwa dalam menghadapi banyak data, jurnalis seringkali kesulitan memastikan kebenaran informasi.

 

Kolaborasi dengan akademisi memberikan dukungan dalam memverifikasi dan menguji data, sehingga informasi yang disampaikan kepada publik lebih teruji dan berkualitas.


"Jurnalis seringkali berhadapan dengan banyak data dan kami kesulitan untuk memastikan mana data yang benar. Dengan kolaborasi kami dengan akademisi, mereka terkadang membantu kami untuk kemudian memastikan data-data yang dipakai tepat dan teruji. Itu hal yang kemudian kami rasa kuat untuk menyajikan informasi yang berkualitas buat publik," tandas Ika.