Daerah

Hal Penting yang Perlu Diperhatikan Santri Baru agar Bisa Adaptasi di Pondok

Jum, 21 Juli 2023 | 20:30 WIB

Hal Penting yang Perlu Diperhatikan Santri Baru agar Bisa Adaptasi di Pondok

Ilustrasi: santri baru di Pondok Pesantren Al-Inayah Desa Perintis Jaya, Kecamatan Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo, Jambi. (Foto: Dok. Pesantren Al-Inayah)

Malang, NU Online

Praktisi Parenting Islami yang juga Pengasuh Pesantren Khaira Ummah Malang, Jawa Timur, Hj Nuvisa Rizqid Diiny el-Ulya menjelaskan beberapa hal penting yang perlu diperhatikan santri baru supaya bisa adaptasi di pondok pesantren.


Dalam pandangannya, menghadapi lingkungan yang baru seperti pondok pesantren, biasanya para santri akan menemukan permasalahan yang sama yakni penyesuaian diri terhadap lingkungan. 


"Ada yang menyesuaikan diri dengan cara yang bahagia, tetapi ada juga yang kesulitan. Karena bagi sebagian orang, penyesuaian diri terhadap lingkungan baru termasuk di pesantren bukanlah hal yang mudah," jelasnya ke NU Online, Jumat (21/7/2023).


Perempuan yang biasa disapa Ning Nuvis ini menambahkan jika ada banyak faktor yang mempengaruhi proses adaptasi santri baru. Mulai dari terus menerus membandingkan kenikmatan di rumah dan rekoso-nya di pesantren, adanya perbedaan karakter teman sekamar, iklim yang tidak sama seperti di rumah, dan lain-lain. Namun, bukan berarti tidak bisa, asal mau maka akan mampu. 


"Hal yang perlu diperhatikan santri mampu beradaptasi di pesantren, pertama menata niat dengan sungguh-sungguh dan memahami tujuan awal agar memiliki pondasi yang kuat ketika menjalani setiap prosesnya," tegasnya.


Agar proses adaptasi santri baru berjalan lancar, hal yang tak kalah penting diperhatikan yaitu memahami aturan dan budaya yang ada di pesantren. Hal tersebut supaya setiap santri baru tetap memiliki batasan dalam setiap tindakan.


Tujuan lainnya yaitu meminimalisir pelanggaran dan mampu membuat santri baru fokus mengerjakan hal-hal yang sudah menjadi tujuan di awal. Tidak sibuk pada perkara yang tidak bermanfaat dan melalaikan proses belajar.


"Penyebab rindu rumah dan ingin pulang, salah satunya banyak melamun. Oleh karenanya, lakukan kegiatan yang produktif sehingga tidak sempat menyendiri dan memikirkan hal-hal negatif yang merugikan diri sendiri," pinta Ning Nuvis.


Ia melanjutkan, pandai bergaul juga menjadi kunci sukses adaptasi santri baru. Disebabkan ketika santri baru mau membuka diri untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan berani memulai maka ia memiliki teman ngobrol. Bisa bertanya ketika bingung. 


Komunikasi juga membuat santri baru memiliki hubungan yang baik dengan pengurus, dewan asatidz, terutama pengasuh. 


"Sam’an wa tho’atan atas segala nasihat baik yang diberikan pengasuh dan pengurus, agar hati bisa tenang dan nyaman saat di pondok pesantren," imbuhnya.


Dengan betah di pesantren, kata Ning Nuvis, seorang anak sudah bisa dikatakan berbakti kepada kedua orang tua. Dikarenakan ketika anak betah di pesantren, orang tua di rumah akan tenang mencari nafkah dan uang belanja.


Karena tidak ada orang tua yang menginginkan kegagalan pada diri anaknya saat menjalani kehidupan. Bisa dikatakan bakti seorang anak pada orang tua ketika di pesantren adalah semangat dalam menuntut ilmu, patuh pada setiap aturan, berjuang sekuat mungkin melawan nafsu yang tidak baik.


"Pahami bahwa tinggal pesantren adalah awal dari sebuah kebaikan dalam kehidupan. Saat seseorang memiliki kesempatan untuk meraih kebaikan sebanyak-banyaknya maka dia adalah orang yang terpilih. Santri adalah orang-orang yang terpilih," ujarnya.


Selain para santri baru berusaha agar betah, tetap harus ada dukungan penuh dari berbagai pihak seperti orang tua, pengurus, dan pengasuh demi tercapainya apa menjadi tujuan bersama.


Sejatinya pendidikan anak adalah kerjasama yang baik antara guru dan orang tua. Meskipun kadang sudah berusaha sekeras-kerasnya agar santri baru betah dan fokus belajar. Namun, jika orang tua tidak mengikuti aturan yang sudah disepakati bersama para guru, tentu proses selanjutnya akan sulit.


"Realistis dengan menilai diri sendiri sebagaimana adanya,meski sudah berjuang harus tetap menyadari bahwa kondisi kehidupan kita tidak harus sempurna," tandasnya.