Daerah

Gus Awis Jelaskan Pentingnya Doa Ayah untuk Anak Berdasarkan Al-Qur'an

Jum, 17 Mei 2024 | 17:00 WIB

Gus Awis Jelaskan Pentingnya Doa Ayah untuk Anak Berdasarkan Al-Qur'an

Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Qur'an Rejoso, Peterongan, Jombang KH M. Afifudin Dimyathi atau Gus Awis. (Foto: dok. istimewa)

Jombang, NU Online

Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Qur'an Rejoso, Peterongan, Jombang KH M. Afifudin Dimyathi atau yang akrab disapa Gus Awis menjelaskan pentingnya doa ayah bagi anak-anaknya. Karena tak sedikit yang terkadang ayah lupa mendoakan anak-anaknya. 


"Doa untuk anak yang perlu digalakkan adalah doa dari ayah. Kalau doa dari ibu sudah tidak perlu ditanyakan lagi. Namun, doa dari ayah ini sangat penting,” jelasnya seperti dikutip dari akun youtube MTs-MA Fattah Hasyim, Kamis (16/5/2024). 


Menurutnya, seorang ayah mendoakan anak-anaknya adalah tradisi para nabi yang harus dilestarikan. Nabi Nuh pernah mendoakan anaknya, Nabi Ibrahim juga mendoakan anaknya, Nabi Ya'qub mendoakan putranya, Nabi Ismail mendoakan keturunannya dan Nabi Muhammad juga mendoakan anaknya. 


Hal ini selaras dengan QS. Hud ayat 42:


وَهِىَ تَجْرِى بِهِمْ فِى مَوْجٍ كَٱلْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ٱبْنَهُۥ وَكَانَ فِى مَعْزِلٍ يَٰبُنَىَّ ٱرْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلْكَٰفِرِينَ


Artinya, "Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir."


Doa Nabi Ibrahim AS di QS Ibrahim ayat 40 untuk anaknya:


 رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ 


Robbij’alni muqimash-sholati wa min dzurriyyati robbana wa taqobbal du'aa. 

 

Artinya, "Wahai Tuhanku, jadikanlah aku dan keturunanku, orang yang mendirikan sholat. Wahai Tuhan kami, kabulkanlah doaku."


"Lihat juga bahwa Nabi Ibrahim mendoakan putranya, Nabi Ya’qub mendoakan putranya, Nabi Ismail juga mendoakan keturunannya. Ini semua bapak-bapak yang mendoakan," kata Gus Awis.


Ia menambahkan bahwa Nabi Zakariya ‘alaihis salam juga berdoa untuk anaknya:


 هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهٗۚ قَالَ رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةًۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ


"Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, “Wahai Tuhanku, karuniakanlah kepadaku keturunan yang baik dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” (QS. Ali-‘Imran: 38).


Dalam Hadis Bukhari dan Muslim, diceritakan ketika Hasan bin Ali melompat ke pangkuan Rasulullah SAW, kemudian sang kakek memeluk dan mencium Hasan sambil berdoa:


اللهم إني أحبه فأحبه وأحب من يحبه


Allahumma inni uhibbuhu faahibbahu wa ahibba mayyuhibbuhu


Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku menyayanginya, maka sayangi lah ia dan sayangi orang yang menyayanginya."


"Benar, doa ibu maqbul. Namun, doa dari bapak tidak kalah maqbulnya. Jadi, para bapak juga harus tetap mendoakan putra-putrinya," terang Gus Awis.


Dikatakannya, doa dari ayah juga bisa dimasukkan dalam kategori nida' (seruan) menurut bahasa Al-Qur'an. Salah satu bentuk nida’ atau memanggil anak ketika ia sudah mulai menjauh dari orang tua secara ruhaniah adalah dengan doa, khususnya doa dari ayah, untuk keselamatan dan kesuksesan anak-anak. 


"Berikan seruan yang sesuai dengan situasi. Sekali waktu, anak perlu diteriaki atau dipanggil dengan suara yang keras jika jaraknya terlalu jauh dari kita secara spiritual. Manggilnya lewat doa," tandas Gus Awis.