Nasional

Salinan Al-Qur'an dari Masa Utsman bin Affan di Book Fair Qatar, Apa Keunikannya?

Kam, 16 Mei 2024 | 14:05 WIB

Salinan Al-Qur'an dari Masa Utsman bin Affan di Book Fair Qatar, Apa Keunikannya?

Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Qatar, Abdul Basit Mukaffi di Book Fair 2024 Doha Exhibition and Convention Center (DECC) yang berlangsung di Qatar sejak 9 hingga 18 Mei 2024. (Foto: Dok. Pribadi)

Jakarta, NU Online
Pecinta literatur dan peninggalan sejarah Islam di Qatar tengah disajikan dengan sebuah pengalaman yang langka di Book Fair 2024 Doha Exhibition and Convention Center (DECC) yang berlangsung di Qatar sejak 9 hingga 18 Mei 2024. Salah satu gelaran yang menarik perhatian adalah pameran salinan Mushaf Utsmani orisinal dari era Khalifah Usman bin Affan.

 
Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Qatar, Abdul Basit Mukaffi, yang menyempatkan diri mengunjungi gelaran tersebut mengaku terkesima oleh salah satu stand dari Turki yang memamerkan salinan Mushaf Utsmani yang diambil dari Museum Topkapi Istanbul, Turki.
 

“Saat saya berkunjung kemarin, ada yang menarik dari salah satu stand negara Turki, mereka memamerkan salinan Mushaf Utsmani yang di-copy dari koleksi Mushaf Utsmani yang berada di Museum Topkapi Istanbul,” kata Basit dalam keterangannya, diterima NU Online, Rabu (16/5/2024).
 

Ia mengatakan, mushaf berukuran besar tersebut memuat ayat-ayat Al-Qur'an dalam 408 halaman dengan tulisan Arab yang masih orisinal dari masa Khalifah Usman bin Affan. Kendati beberapa bagian terlihat rusak dan tidak lengkap karena faktor usia, secara keseluruhan, mushaf ini masih terjaga dengan baik dan relatif lengkap dari Surat Al-Fatihah hingga An-Nas.
 

“Beberapa tulisan terlihat rusak dan tidak komplit karena di-copy dari naskah asli yang sudah rusak dimakan usia,” tutur dia.
 

Ia menambahkan, beberapa pengunjung Arab yang membaca mushaf tersebut mengaku mengalami kesulitan lantaran tulisan Arab kuno yang tidak memiliki tanda huruf dan harakat seperti yang ada pada Al-Qur'an saat ini. Hal ini menunjukkan betapa sulitnya membaca Al-Qur'an pada masa Khalifah Usman bin Affan ra.
 

“Beberapa pengunjung Arab saya minta untuk membacanya secara acak dan mereka berkomentar, ‘Beberapa ayat saya bisa membacanya, tapi kebanyakan saya tidak bisa karena ini tulisan Arab kuno.’ Tidak ada titik titik tanda huruf dan harakat seperti dalam Al-Qur’an yang ada saat ini,” papar dia.
 

Basit menyebut, salah satu hal yang membuat pengalaman ini lebih istimewa adalah pengunjung diberi kesempatan untuk membuka lembaran demi lembaran mushaf ini dan merasakan langsung sulitnya membaca Al-Qur'an dari masa lalu.
 

“Sejauh ini saya sendiri pernah melihat mushaf aslinya yang ada di Topkapi, juga salinannya yang ada di ruang reception Gedung Fanar Doha, maupun di dalam ruang underground Qatar National Library tempat menyimpan naskah naskah kuno koleksi QNL (Qatar National Library). Tapi, semuanya disimpan dalam kotak kaca untuk pajangan dan tidak bisa disentuh langsung apalagi di buka lembar per lembarnya,” bebernya.
 

“Sedangkan di stand Turki, ini kita bisa membuka lembar per lembarnya dan bisa ikut berusaha membacanya sendiri dan akan merasakan betapa sulitnya membaca Al-Qur’an era Khalifah Usman bin Affan ra,” tambah dia.
 

Pengalaman tersebut memberikan apresiasi yang lebih mendalam terhadap generasi salaf seperti Abu Aswad Ad-Du’ali dan Khalil bin Ahmad Al-Farahidi yang telah menambahkan titik-titik tanda huruf, harakat, dan tanda baca yang mempermudah umat Islam untuk membaca Al-Qur'an dengan benar dan mudah.
 

Ia juga menyampaikan kesan dan pengalamannya selama mengunjungi stand ini. Menurutnya, pengalaman ini adalah kesempatan langka untuk melihat langsung sejarah Al-Qur'an.
 

Ia menyebut mushaf ini dibanderol harga sekitar $5.000 atau setara dengan lebih dari QAR 15.000. Mushaf ini menjadi barang yang bernilai tinggi, tetapi juga menunjukkan betapa berharganya peninggalan sejarah Islam bagi umatnya.
 

“Agak kaget juga saya, karena dalam hati saya ingin membelinya buat hadiah salah satu lembaga almamater saya yang cukup concern melestarikan peninggalan peninggalan Islam masa lalu. Akhirnya saya simpan saja dulu dalam hati niat saya tersebut karena memang di atas budget. Semoga suatu saat bisa saya realisasikan,” ujarnya.


“Mengajak pembaca yang di Qatar jangan sampai lewatkan kesempatan ini untuk merasakan sendiri dan melihat langsung lembaran lembaran Mushaf Utsmani. Subhanallah…” pungkasnya.